4 Jenis Reksadana yang Harus Kamu Tahu Sebelum Mulai Berinvestasi
Reksadana adalah salah satu bentuk pengelolaan dana yang cukup populer. Reksadana sendiri merujuk pada wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang nantinya akan diinvestasikan dan dikelola oleh manajer investasi.
Meski begitu, ada banyak hal yang harus dipelajari terlebih dahulu sebelum kamu mulai investasi dalam bentuk reksa dana. Salah satunya adalah mengenal jenis-jenis reksa dana.
Salah satu kunci sukses investasi reksadana adalah memilih jenis instrumen tepat sesuai dengan tujuan investasi serta jangka waktu yang kita inginkan. Apalagi masing-masing jenis investasi reksadana memiliki resiko dan profit yang berbeda-beda.
Lalu apa saja jenis reksa dana yang bisa kamu pilih. Simak terus artikel ini yah!
1. Reksadana Saham
Dalam reksadana saham, manajer investasi akan menempatkan 80% daa ke instrumen saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil keuntungan didapat dari margin penjualan saham yang lebih tinggi dibanding saat membelinya.
Dibanding jenis lainnya, keuntungan reksadana saham memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi. Return yang bisa didapat dari reksadana saham berkisar antara 10% – 20% pertahun tergantung kepiawaian manajer investasi dan kinerja IHSG rata-rata tahun tersebut.
Meski begitu risikonya juga paling besar karena fluktuasi harga saham bisa cukup tajam dan bisa terjadi dalam jangka waktu pendek. Jadi reksadana saham bukanlah investasi yang aman dalam jangka pendek. Namun akan cocok untuk investasi jangka panjang dengan durasi 5 tahun atau lebih.
2. Reksadana Pendapatan Tetap
Sesuai dengan namanya, reksadana tetap bertujuan untuk memberikan tingkat pengembalian yang stabil. karena itulah mayoritas dana pada reksadana pendapatan tetap umumnya dialokasikan pada obligasi milik pemerintah atau swasta. Sisa dana yang ada nantinya bisa dialihkan pada jenis instrumen lain seperti pasar uang.
Hasil yang bisa didapat dari reksadana pendapatan tetap tergantung beberapa hal, salah satunya adalah suku bunga acuan Bank Indonesia. Penurunan BI rate akan mendorong peningkatan harga obligasi yang secara tidak langsung menaikkan nilai reksadana pendapatan tetap.
Secara umum return yang didapat dari reksadana pendapatan tetap lebih kecil dibanding reksadana saham, hanya sekitar 5-10% saja pertahunnya. Namun tingkat resikonya juga jauh lebih kecil sehingga jenis reksadana ini akan cocok untuk kamu yang ingin menghindari resiko tinggi dalam investasi.
3. Reksadana Pasar Uang
Reksadana pasar uang akan menempatkan seluruh dana pada instrumen pasar uang atau hutang dengan jangka waktu singkat. Sebagai contoh, investasi dilakukan dengan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Deposito Berjangka, Sertifikat Depostiro, Surat Pengakuan hutang, atau Obligasi berjangka waktu kurang dari satu tahun.
Keuntungan dari reksadana pasar uang adalah resikonya yang rata-rata lebih rendah dibanding jenis reksa dana lainnya. Meski begitu profit yang bisa didapat juga cenderung rendah, antara 6-8% saja.
Tapi jika dibandingkan dengan menyimpan uang dalam bentuk deposito, investasi reksadana pasar uang lebih menguntungkan karena kita tidak terkena potongan pajak. Selain itu dana yang tersimpan di pasar uang juga bisa diambil kapan saja. Beda dengan deposito yang akan membebankan kita dengan denda 2% jika dana diambil sebelum jatuh tempo.
4. Reksadana Campuran
Sama seperti namanya, reksadana campuran akan menempatkan dana pada setiap jenis instrumen di atas mulai dari ekuitas (saham), surat utang (obligasi), dan pasar uang (deposito), dengan maksimum pembelian maksimal 79% dari jumlah dana.
Dengan diversifikasi seperti ini, reksadana campuran memiliki keuntungan lebih aman karena risiko investasi akan tersebar ke berbagai aset. jadi jika salah satu instrumen merugi, ada keuntungan dari instrumen lain yang dapat menutupi kerugian tersebut.
Berdasarkan penjabaran di atas, perbedaan jenis-jenis reksa dana di atas bisa dirangkum dalam tabel berikut ini.
Jenis | Portfolio | Jangka Waktu | Tingkat Risiko |
---|---|---|---|
Saham | 80-100% Instrumen saham | > 5 Tahun | Agresif |
Pendapatan Tetap | 80-100% Instrumen obligasi | 1-3 Tahun | Konservatif |
Pasar Uang | 100% Instrumen pasar uang | < 12 Builan | Sangat Konservatif |
Campuran | Harus terdiri dari instrumen saham, obligasi, dan pasar uang dengan maksimal pembelian 79% | 3-5 Tahun | Moderat |
Seperti kamu lihat, ada beberapa jenis reksadana yang bisa dipilih. Untuk menentukan jenis reksadana yang tepat, kita bisa menimbang tujuan kita berinvestasi. Apakah untuk persiapan dana di hari tua, persiapan pendidikan anak, atau sekedar berinvestasi untuk persiapan pernikahan.
Selain itu kita juga harus bisa memilih tingkat resiko dan jangka waktu investasi yang diinginkan. Jika baru ingin mulai berinvestasi, kita bisa memilih jenis reksadana dengan resiko rendah dan jangka waktu yang pendek seperti reksadana pasar uang.
Sebagai opsi lain, kamu juga bisa mengkombinasikan reksadana dengan asuransi. Sebagai contoh, reksadana Prudential menawarkan produk yang tidak hanya memberi perlindungan jiwa, tapi juga sekaligus alokasi investasi sejak nasabah pertama kali membayar premi. Pilihan investasinya pun bisa disesuaikan dengan profit dan tujuan investasi. Lumayan kan, sekali bayar bisa dapat dua keuntungan sekaligus!