Apa Itu Prinsip Pareto?
Saat membaca artikel mengenai produktivitas, kamu mungkin akan menemukan istilah aturan 80-20.
Namun apakah kamu masih merasa asing dan bingung apa itu aturan 80/20 atau prinsip 80/20, yang juga dikenal dengan prinsip Pareto? Nah, Anda akan mempelajarinya di postingan ini.
Sejarah Aturan 80/20
Hukum Pareto dikenal juga dengan beberapa istilah berbeda yakni the 80–20 rule (hukum 80/20), The Law of The Vital Few atau The Principle of Factor Sparsity. Prinsip Pareto ini merupakan buah pemikiran seorang konsultan manajemen bernama Joseph M. Juran.
Lahirnya aturan tersebut didasarkan hasil penelitian ekonom asala Italia, Vilfredo Pareto, pada tahun 1896 ketika mengadakan sebuah penelitian berjudul “Cours d’économie politique” di University of Lausanne.
Pareto memperhatikan bahwa 80% kekayaan hanya dimiliki oleh 20% populasi. Juga, dalam kasus lain, dia memperhatikan bahwa 20% kacang polong di kebunnya menghasilkan sekitar 80% kacang polong.
Sekarang, kamu mungkin bertanya-tanya apa sebenarnya hubungan pengamatan ini dengan produktivitas, dan bagaimana prinsip ini bisa digunakan untuk membuat kamu lebih produktif?
Prinsip Pareto membantu kita menyadari bahwa sebagian besar hasil berasal dari sejumlah kecil pekerjaan/input.
Singkatnya, 20% input mampu menghasilkan 80% output. Atau sebaliknya, 80% input lainnya hanya mampu menghasilkan 20% dari output.
Contoh Prinsip Pareto
Sekali lagi, hanya untuk memperjelas, Prinsipal Pareto pertama kali dimulai sebagai pengamatan dan bukanlah hukum alam bahwa kebanyakan hal dalam hidup tidak didistribusikan secara merata.
Namun aturan 80-20 ini dapat ditemukan di berbagai bidang dan kadang menjadi fenomena umum meski dilakukan secara tidak sengaja, sebagai contoh:
- Keuangan — 80% uang pajak negara berasal dari sekitar 20% masyarakat.
- Bisnis — 80% pendapatan diperoleh dari 20% pelanggan terbesar.
- Blogging — 80% trafik blog diperoleh dari 20% artikel terpopuler.
Manfaat Mengetahui Prinsip Pareto
1. Menjadi alat bantu untuk merencanakan sesuatu
Dengan menggunakan Prinsip Pareto, kita tahu bahwa 80% output ditentukan oleh 20% input. Dengan begitu kita bisa memilih kegiatan yang harus diberikan prioritas tinggi agar kinerja kita tidak merosot tajam.
2. Menjadi pertimbangan dalam pendelegasian tugas
Bila kita menduduki posisi yang tinggi, tugas kita tentu akan berubah dan bukan berarti kita mengerjakan banyak hal sendirian. Dengan memakai prinsip Pareto, kita bisa mendelegasikan 80% tugas yang bisa dipegang oleh bawahan, dan fokus mengerjakan 20% tugas lain yang lebih penting untuk di-handle sendiri.
3. Mampu mengantisipasi risiko
Dengan menggunakan aturan 80/20, kita akan lebih waspada pada 20% risiko yang bisa menyebabkan 80% bahaya. Kita pun bisa lebih cermat dalam melakukan antisipasi dan perbaikan, terutama bila berhubungan dengan budget yang terbatas.
Cara Menggunakan Prinsip Pareto untuk Meningkatkan Produktivitas
Prinsip Pareto banyak digunakan oleh pakar produktivitas seperti Tim Ferriss. Untuk meningkatkan produktivitas menggunakan aturan ini, kita bisa melakukan dua hal penting.
Pertama, kita bisa fokus pada 20% pekerjaan yang paling banyak mendatangkan hasil atau dampak positif. Dengan begitu kita bisa selalu memaksimalkan sumber daya kita yang terbatas untuk melakukan sesuatu secara efektif.
Selain itu kita juga bisa menggunakan aturan ini untuk menghilangkan hal-hal yang tidak perlu. Jika kamu pernah membuat daftar hal yang membuat kamu merugi atau merasakan dampak negatif, kamu bisa membuang 20% pada daftar teratas dan menggantinya dengan hal lain yang kamu anggap akan bekerja dengan baik.